Saat
ini kita telah tiba di penghujung tahun. tak terasa begitu banyak peristiwa
yang telah dilalui Kabupaten Purbalingga tercinta ini selama tahun 2016. Terdapat
peristiwa yang baik, namun tak sedikit pula berita yang kurang mengenakkan
sehingga dapat dijadikan refleksi diri. Sengaja penulis mengulas sedikit
peristiwa di tahun ini untuk “pengeling –
eling” bagi berbagai pihak.
Sebagai
warga Purbalingga, kita patut berbahagia karena banyak program positif yang
dilaksanakan oleh pasangan Bupati dan Wakil Bupati Purbalingga. Beberapa rekor
MURI telah berhasil diraih selama beberapa bulan kepemimpinan Bapak Tasdi dan
Ibu Tiwi. Suatu pencapaian yang baik, bahkan Bapak Bupati beritikad hendak
meraih puluhan rekor MURI selama masa kepemimpinannya. Niat ini sebenarnya baik
karena dapat dijadikan motivasi berkarya bagi Pemkab Purbalingga, namun
alangkah baiknya segala kegiatan yang kita lakukan jangan hanya berorientasi
pada rekor semata. Seringkali penulis membaca komentar agak miring di suatu
grup facebook seperti “bosen MURI bae”,
“bupati MURI”, “arep nggawe MURI apamaning jane” serta berbagai komentar
lain menunjukkan sesungguhnya yang dibutuhkan bukanlah MURI karena sifatnya
hanya seremonial. Selagi kita bekerja dengan keras, cerdas dan ikhlas maka
Insya Allah penghargaan akan datang dengan sendirinya tanpa perlu kita ngoyo mengejar – ngejar MURI.
Proyek
insfratruktur juga sedang digenjot tahun ini, ditandai dengan berbagai proyek
pelebaran jalan, pembuatan jalan baru, serta perbaikan beberapa titik jalan
yang mengalami kerusakan. Langkah ini dilakukan untuk memperlancar mobilisasi
masyarakat, serta barang dan jasa antar daerah di Kabupaten Purbalingga. Program
ini Insya Allah dapat membawa perubahan yang positif khususnya bagi
perekonomian masyarakat Purbalingga. Meski demikian ada beberapa aspek yang
hendaknya diperhatikan dalam pelaksanaan proyek ini. Sebagai contoh pada
pelebaran badan jalan ke kiri dan ke kanan tentunya akan menghilangkan pohon
peneduh yang selama ini berdiri tegak di kedua sisi jalan. Hilangnya pohon
peneduh ini menyebabkan kondisi jalan menjadi panas dan gersang. Alangkah baiknya
Pemkab memperhatikan jalur hijau di Kabupaten Purbalingga ini.
Selain
dari segi jalur hijau, proyek infrastruktur di Purbalingga terkadang terkesan
sangat lambat, utamanya yang dilakukan di awal dan tengah tahun. namun ada juga
proyek yang terkesan kejar target atau kejar setoran terutama proyek yang
dimulai di akhir tahun karena sebelumnya selalu gagal lelang. Penulis selaku
masyarakat Purbalingga mengharap hendaknya dalam pelaksanaan proyek itu
proporsional, tidak terlalu cepat namun juga tidak terlalu lambat. Proyek itu
hendaknya selain mengejar target juga harus berorientasi pada kualitas. Pengerjaan
proyek juga hendaknya rapi, selain untuk estetika, juga untuk menjaga kualitas
dari jalan tersebut ketika digunakan. Penulis sebenarnya agak merasa kecewa
dengan beberapa proyek pelebaran jalan seperti pada Jalan Cahyana Baru maupun
jalan perempatan Babakan menuju perempatan Rupak Picis Klapa Sawit. Hanya dilakukan
pelebaran dengan beton di kiri dan kanan jalan aspal tanpa dilakukan pelapisan
kembali (overlay) setelah selesai
pelebaran, sedangkan beberapa bagian di jalan aspal sudah mengalami kerusakan. Selain
itu sambungan antara aspal di tengah dengan beton di sisi jalan juga kurang
nyaman, serta seringkali terdapat celah untuk masuknya air sehingga seringkali
terjadi kerusakan di sisi jalan antara bagian aspal dengan beton. Penulis mengharap
pasca pelebaran jalan hendaknya dilakukan pengaspalan ulang (overlay) macam jalan Kalikajar –
Gembrungan.
Kabupaten
Purbalingga khususnya di kecamatan kota tahun ini sempat diterpa angin puting
beliung yang menyebabkan pohon beringin barat di Alun – Alun Purbalingga roboh.
Akhirnya beringin timur juga ikut dirobohkan oleh Pemkab dengan alasan pohon
telah lapuk. Masyarakat Purbalingga tentunya mengharapkan alun – alun kembali
memiliki pohon beringin seperti sediakala karena memang pohon beringin
merupakan ciri khas yang bersifat filosofis bagi sebuah alun – alun di Jawa. Namun
harapan ini sepertinya perlahan mulai sirna karena dalam kenyataannya bekas
area pohon beringin tersebut saat ini justru ditutupi oleh lapisan semen,
meskipun sebelumnya Bupati telah menjanjikan akan ada pohon beringin lagi di
alun – alun Purbalingga. Hanya Bapak Tasdi beserta jajarannya yang mengetahui
bagaimana rencana alun – alun ke depannya, apakah ini hanya ditutupi sementara
sebelum kembali dibongkar untuk ditanam pohon beringin kembali pada tahun 2017,
ataukah memang tak ada niatan untuk menanam pohon beringin kembali, entahlah,
penulis sebagai masyarakat biasa hanya dapat “nyawang” kebijakan yang dilakukan Bapak Bupati.
Selain
itu rencana awal Bupati hendak merenovasi alun – alun pada 2017 seperti
penambahan gazebo, air mancur, tulisan Purbalingga, serta pembuatan pagar. Sejatinya
renovasi alun – alun tak masalah, namun hendaknya jangan menggusur PKL yang
selama ini telah memberi warna tersendiri bagi alun – alun Purbalingga. Pemkab hendaknya
mendengarkan kembali lagu alun – alun Purbalingga yang dinyanyikan oleh Dedy
Pitak pada jaman Bupati Triyono, khususnya pada lirik “tengah – tengah dijaga
bringin kembar”, serta “meningkatkan ekonomi kerakyatan”. Salah satu bukti
nyata meningkatkan ekonomi kerakyatan ini dengan banyaknya masyarakat yang
berdagang di alun – alun Purbalingga, terbukti jumlah PKL di alun – alun meningkat
pasca Bupati Triyono menyatukan alun – alun yang semula terbagi empat bagian
menjadi satu kesatuan. Teman – teman penulis di bangku perkuliahan juga
mengakui hal yang menyebabkan alun – alun Purbalingga menjadi menarik karena
selain bentuknya yang unik dan persis di tengah persimpangan jalan, semaraknya
PKL menjadi daya tarik sendiri yang tidak dapat ditemui di alun – alun daerah
lain. Oleh karena itu renovasi alun – alun tak masalah, namun penulis hanya
mengharap kembalikan pohon beringin kembar di alun – alun, serta janganlah
gusur PKL di sisi tengah hingga selatan lingkar alun – alun karena sudah
menjadi daya tarik tersendiri bagi alun – alun Purbalingga.
Peristiwa
terakhir yang hendak penulis bahas adalah kembali maraknya togel. Entah bagaimana
cerita awal mula dan penyebaran togel sehingga togel kembali booming di Purbalingga, khususnya di
kuartal akhir 2016. Bayangkan saja, diberbagai tempat banyak orang yang
membahas “angka pira sing metu?”,
yang menjelaskan secara gamblang bahwa topik terkini yang sedang dibicarakan
masyarakat adalah “Togel”. Penyebaran togel sendiri tergolong sangat cepat,
dari semula di daerah perkotaan atau pusat kecamatan, hingga menyebar ke
pelosok desa. Penyebaran Togel sudah sangat masif sekali sehingga penulis
meyakini pihak kepolisian sejatinya sudah mengetahui tentang togel di
Purbalingga. Namun entah karena penulis yang kurang up to date tentang berita di Purbalingga, ataukah memang belum ada
langkah yang ditempuh pihak berwajib sehingga judi togel ini terkesan dibiarkan
tanpa ada langkah lebih lanjut. Penulis sendiri mengharap agar Pemkab beserta
seluruh aparat yang terkait mampu menindak tegas dan memutus mata rantai togel
di Kabupaten Purbalingga tercinta ini. Jangan sampai terjadi kasus masyarakat
Purbalingga jatuh miskin dan terlilit hutang akibat judi togel ini.
Demikian
ulasan penulis tentang Purbalingga pada tahun 2016. Penulis sama sekali tidak
memiliki niat buruk untuk menjelekkan nama dari beberapa pihak terkait adanya
tulisan ini. Penulis hanya mengharap tulisan yang singkat ini dapat menjadi
refleksi bagi perbaikan dan pengembangan Kabupaten Purbalingga ke depannya. Penulis
sebagai warga Purbalingga tentunya mengharapkan Kabupaten Purbalingga di tahun
yang baru dapat berbenah lebih baik sehingga terjadi pertumbuhan yang pesat di
berbagai sektor tanpa meninggalkan kearifan lokal yang ada.
Rio Adhitya
Cesart
Penulis saat ini
adalah warga Kabupaten Purbalingga, namun pernah mengalami masa kecil di Ambon
Maluku dan Blitar Jawa Timur.
0 Komentar untuk "Kaleidoskop Purbalingga 2016"