Kabupaten
Purbalingga kembali heboh, setelah sebelumnya ribut terkait masalah perubahan
slogan perwira menjadi sehati. Saat ini topik yang menjadi pembicaraan adalah
penolakan warga terkait rencana pembentukan Kecamatan Onje, khususnya dari
warga desa yang saat ini termasuk dalam Kecamatan Bobotsari. Berbagai ungkapan
protes dilayangkan melalui media sosial maupun aksi protes langsung.
Sejatinya
protes dari masyarakat Bobotsari ini cukup beralasan, berbeda dengan rencana
pemekaran kecamatan Toyareka yang cenderung adem ayem. Hal ini ditunjang
kondisi Kecamatan Kemangkon yang terbelah oleh Sungai Klawing dan jembatan
penghubung hanya ada satu yakni di daerah Panican sehingga rencana pemekaran
kecamatan menjadi mendesak dilakukan. Akan tetapi kondisi antara Mrebet dan
Bobotsari berbeda, antara kedua kecamatan tersebut dipisahkan oleh Sungai Soso
dan (sepertinya) jembatan utama penghubung antara kedua daerah hanya di selatan
Gandasuli sehingga dapat dikatakan kondisinya bertolak belakang dengan
Kemangkon. Saat Kecamatan Kemangkon hendak dimekarkan karena alasan terpisah
oleh sungai, justru antara beberapa desa antara Mrebet dan Bobotsari hendak
disatukan.
Selain
itu pusat Kecamatan Bobotsari terletak di selatan kecamatan sehingga dekat pula
dengan Mrebet sehingga rencana pemekaran menjadi sulit. Sehingga nantinya akan
timbul pertanyaan dari masyarakat “Biasanya pemekaran daerah karena desa
tersebut jauh dari pusat kecamatan dan pihak kecamatan juga sulit menangani
daerah tersebut, lalu kenapa sekarang daerah yang amat sangat dekat dengan
pusat kecamatan malah dimekarkan?”.

Opini dari: Rio Adhitya Cesart
Sumber gambar: grup FB Purbalingga City New Java
0 Komentar untuk "Pemekaran Kecamatan, Solusikah?"