Rio Adhitya Cesart

Kita Berbagi Masalah Kita Berbagi Solusi

Pembangunan Purbalingga Tanpa Rencana

Kabupaten Purbalingga hingga saat ini masih terus melakukan berbagai pembangunan dalam berbagai sektor. Contoh pembangunan tersebut adalah membangun yang sebelumnya belum ada ataupun memperbaiki sesuatu yang sudah ada sebelumnya. Meskipun Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Purbalingga menyatakan tujuan pembangunan tersebut untuk kebaikan bersama, akan tetapi pada kenyataannya proses pembangunan tersebut tidak terlepas dari pro dan kontra.
Salah satu proyek yang menuai pro kontra adalah proyek pembangunan di sepanjang jalan Jenderal Soedirman (Jensoed) barat hingga jalan M.T. Haryono. Permasalahan utama pada jalan Jensoed barat yaitu dibangunnya median jalan, sedangkan jalan tersebut merupakan jalan satu arah dari barat menuju timur. Setelah pembangunan median jalan ini rampung, Pemkab memastikan bahwa jalan ini akan menjadi dua arah. Hal ini tentu menjadi polemik tersendiri mengingat jalan Jensoed barat merupakan kompleks pertokoan dan sebagian badan jalan digunakan untuk parkir sehingga jalan ini dibuat searah. Pembangunan median jalan menyebabkan lebar jalan menjadi menyempit, apalagi dengan arus lalu lintas yang dibuat dua arah. Kondisi ini semakin diperparah karena sebelumnya Pemkab melalui dinas terkait sama sekali belum pernah melakukan uji coba jalan Jensoed barat menjadi dua arah. Pemkab dengan beraninya membangun sesuatu yang belum pernah diujicobakan, tentu wajarlah masyarakat yang bersikap kontra akan keputusan Pemkab ini.
Sebagai efek dari pembangunan median jalan, mengantisipasi potensi kemacetan, maka Pemkab Purbalingga menempuh jalan yang ekstrim yaitu mengurangi ukuran trotoar. Mungkin hanya Purbalingga yang mempersempit ukuran trotoar, disaat daerah lain sedang berupaya melebarkan trotoar dan menjadikannya menjadi ramah pejalan kaki, ataukah penulis yang tidak mengetahuinya, entahlah. Pengurangan ukuran trotoar sebesar setengah meter ini sangat terasa, apalagi ketika trotoar baru di jalan Jensoed barat bertemu dengan trotoar lama di jalan A.Yani (persimpangan utara Taman Kota Usman Janatin). Pembangunan trotoar baru ini bukan hanya di jalan Jensoed barat, namun memanjang ke barat di jalan M.T.Haryono hingga persimpangan Karangsentul. Sebagai konsekuensinya, pohon-pohon besar peneduh di sepanjang jalan M.T.Haryono harus ditebang hingga ke akar-akarnya demi pembangunan trotoar yang baru ini. Jalan yang sebelumnya nampak rimbun dan hijau saat ini nampak panas dan gersang. Selain itu, trotoar baru ini justru menggunakan keramik berwarna merah polos dan halus, bukan menggunakan paving block pada umumnya. Penggunaan keramik dinilai membahayakan pejalan kaki karena trotoar menjadi licin, apalagi ditambah curah hujan yang tinggi sehingga berpotensi menyebabkan pejalan kaki menjadi terpeleset. Sudah terdapat kasus lansia terpeleset di trotoar baru Bobotsari yang juga menggunakan keramik.
Adanya pernyataan kontra dari masyarakat hendaknya dapat menjadi saran dan pembelajaran bagi Pemkab demi pembangunan Purbalingga yang lebih baik lagi. Pembangunan hendaknya jangan hanya asal membangun “yang penting ada pembangunan”, akan tetapi sesuai dengan urgensitasnya mengingat masih banyaknya titik di Purbalingga yang membutuhkan sentuhan pembangunan.  Selain itu, pembangunan yang berdampak pada arus lalu lintas, sebelumnya harus sudah dilakukan uji coba sehingga dampak pembangunan tersebut dapat diketahui sebelumnya dan dapat diketahui proyek tersebut layak atau tidak untuk dilaksanakan.

Penulis: Rio Adhitya Cesart


Sumber Gambar: FB PCNJ 
Share this article :
+
Previous
Next Post »
0 Komentar untuk "Pembangunan Purbalingga Tanpa Rencana"