Rio Adhitya Cesart

Kita Berbagi Masalah Kita Berbagi Solusi

Saatnya Kementrian PU Membuka Mata Pasca Amblesnya Jembatan Comal

     Lebaran sudah tinggal hitungan hari lagi. Sudah menjadi tradisi di Indonesia orang yang merantau setiap menjelang lebaran akan kembali ke kampung halamannya atau lebih dikenal dengan istilah mudik. Mudik tersebut bisa dilakukan dengan berbagai macam tranportasi, baik transportasi darat (kendaraaan pribadi seperti motor dan mobil atau kendaraan umum seperti bis dan kereta api), kapal laut maupun pesawat terbang.
     Meski mudik sudah menjadi tradisi setiap tahun, masih banyak pekerjaan rumah yang menghantui pemerintah untuk memperlancar arus mudik, seakan permasalahan dalam arus mudik itu juga ikut-ikutan menjadi tradisi. Permasalahan yang ada cukup kompleks, entah ditinjau dari segi infrastruktur jalan maupun kondisi moda transportasi itu sendiri. Setiap berlangsungnya arus mudik maupun arus balik kita selalu disuguhi berita tentang buruknya kondisi jalan karena banyak yang berlubang. kondisi alat transportasi juga buruk karena sering terjadi rem blong, ban sudah gundul, bantalan rel kkereta hilang dan sederet masalah klasik yang selalu menghantui arus mudik.
     Tulisan kali ini lebih memfokuskan pada masalah kondisi infrastruktur jalan, utamanya pada efek amblasnya jembatan Comal. Kondisi jalan setiap tahun tidak ada perubahan, tetap saja rusak. Perbaikan yang dilakukan hanya berupa penambalan dan itu-pun dilakukan saat menjelang arus mudik. Masyarakat mungkin bertanya mengapa tidak diperbaiki total dan mengapa perbaikan itu baru dilakukan saat lebaran tinggal hitungan hari. Sebagai contoh saja jalur pantura, setiap tahun diperbaiki namun setiap tahun juga selalu rusak sehingga masyarakat sering menyindir proyek perbaikan jalan pantura dengan istilah proyek perbaikan abadi karena meski selalu diperbaiki tetap saja rusak. Rusaknya jalan itu bisa disebabkan tonase kendaraan yang terlalu berat ataupun adanya korupsi dalam perbaikan jalan. Sudah berkali-kali diberitakan dalam berbagai berita di berbagai media, baik media elektronik maupun cetak terjadi permainan uang dalam perbaikan jalan sehingga material untuk perbaikan yang seharusnya menggunakan material berkualitas tinggi justru menggunakan material murah agar sisa anggarannya bisa masuk ke saku pribadi.
     Beberapa hari terakhir masyarakat dikejutkan dengan berita amblasnya jembatan Comal, padahal saat ini sudah memasuki arus mudik. Jika jalan yang rusak mungkin kendaraan masih bisa melewati meski dengan pelan dan resiko kerusakan tinggi, namun jika yang mengalami kerusakan adalah jembatan bisa dipastikan jalan itu ditutup total dan kendaraan harus mencari jalan lain. Melihat hal tersebut bisa disimpulkan jembatan merupakan salah satu hal penting dalam transportasi darat, namun mengapa bisa luput dari perhatian Dinas Pekerjaan Umum? Padahal menurut warga kerusakan jembatan itu sudah sejak lama dan semakin parah, mengapa dinas terkait baru bertindak saat jembatan sudah amblas dan secara kebetulan bertepatan dengan arus mudik? Ataukah orang-orang di Kementrian PU saat ini sibuk dengan urusan politik berhubung sekarang adalah tahun politik sehingga mereka melalaikan tanggung jawabnya terhadap pemeliharaan jalan dan jembatan? Hanya oranng-orang tersebut yang bisa menjawab.
     Seperti sudah dijelaskan di atas, jika jembatan mengalam kerusakan maka kendaraan harus mencari alternatif jalan lain. Namun masalah ini menjadi masalah domino karena efek yang ditimbulkan berantai. Jalur alternatif biasanya lebih sempit dari jalur pantura sehingga bisa dipastikan terjadi kemacetan parah. Saat mudik biasanya saja jalan alternatif tersebut sudah macet, apalagi ditambah limpahan kendaraan dari pantura yang terpaksa memutar karena jembatan Comal rusak. Kemacetan parah terjadi di jalur Purwkerto Tegal seperti dikutip dari laman Jawa Pos. 
Arus lalu lintas di jalur tengah Slawi–Purwokerto, Jawa Tengah, lumpuh total. Kemacaten panjang kendaraan itu terjadi mulai Sabtu (19/7) hingga Minggu sore (20/7). Hal tersebut terjadi karena pengalihan arus lalu lintas lantaran Jembatan Comal di wilayah Pemalang ambles.
Pantauan Radar Tegal (Jawa Pos Group), kemacetan terjadi mulai jalur yang berkelok diletter S Balai Kambang, Desa Kalisalak, Kecamatan Sirampog, sampai Yomani, Lebaksiu, Tegal. Kemarin kemacetan terjadi hingga wilayah Slawi. Kendaraan dari dua arah tak bisa bergerak dari Klonengan hingga Margasari.
Jalur Alternatif di Karangreja Purbalingga Dipenuhi
Bus dan Truk, Senin 21 Juli 2014. 
      Jalur alternatif lainnya yang kerap digunakan adalah jalur Pemalang Purbalingga via Karangreja. Namun jalur Karangreja merupakan jalur yang melintasi sisi timur Gunung Slamet sehingga kondisi jalannya sempit dan berkelak-kelok. Hal ini akan menyulitkan bagi pengemudi yang baru pertama kali melintasi jalur Karangreja yang merupakan pegunungan, padahal biasanya melaju di jalur pantura ynag merupakan jalur landai karena di dataran rendah. Kondisi di Karangreja seperti dikutip dari laman Trbunnews juga mengalami kepadatan.
Imbas ditutupnya jalur Pemalang akibat amblesnya jembatan Comal, membuat jalur alternatif di Karangreja Purbalingga makin padat. Kepadatan lalu lintas di jalur Bayeman semakin parah karena dilalui kendaraan besar. Jalur tanjakan berkelok dan sempit  itu, sangat berpotensi menyebabkan kecelakaan.

Untuk mengantisipasi kecelakaan yang terjadi di Jl Raya Bayeman, Desa Tlahab Lor, Polres Purbalingga meminta kendaraan besar yang dari arah Pemalang dilarang masuk ke Purbalingga.
     Padatnya jalur Karangreja serta kondisi jalan yang sempit dan berkelok menyebabkan terjadinya kecelakaan, seperti dikutip dari laman merdeka.com
sebelum Operasi Ketupat Candi 2014 digelar, Kepolisian Resor (Polres) Purbalingga mencatat telah terjadi tiga kecelakaan beruntun selama dua hari pada Jumat (18/7) dan Sabtu (19/7). Peristiwa hari pertama melibatkan dua bus, kemudian pada siangnya melibatkan empat mobil dan dua motor. Kemudian di hari berikutnya, kecelakaan melibatkan tiga bus. 
     Efek yang ditimbulkan dari amblasnya Jembatan Comal cukup besar. Sudah saatnya dinas maupun kementrian terkait yaiitu Kementrian pekerjaan Umum membuka mata tentang kondisi infrastruktur yang ada. Selama ini Kementrian PU mengatakan kondisi jalan dan jembatan sangat baik, namun yang terjadi justru sebaliknya. Mungkin pendapat ini hanya untuk membangun citra positif kementrian PU, namun bukan ini yang masyarakat harapkan. Tindakan nyata sangat diharapkan agar kondisi jalan dan jembatan bisa digunakan untuk mudik dengan aman. Sudah saatnya kementrian PU membuka mata bahwa banyak infrastruktur yang rusak dan butuh perbaikan, jangan terjadi kerusakan parah baru kementrian PU bertindak. Sudah saatnya kementrian PU bersih dari praktek kotor korupsi agar perbaikan itu menghasilkan sesuatu yang baik, bukan menjadi PROYEK PERBAIKAN ABADI yang terus dilakukan setiap setiap tahun tanpa perubahan yang berarti.

Beberapa tulisan dikutip dari:
http://www.jawapos.com/baca/artikel/4743/Jalur-Tengah-Lumpuh-Jalur-Selatan-Padat-
http://jateng.tribunnews.com/2014/07/21/jalur-alternatif-di-karangreja-purbalingga-dipadati-bus-dan-truk
http://www.merdeka.com/peristiwa/imbas-pengalihan-comal-3-kecelakaan-terjadi-di-purbalingga.html
Share this article :
+
Previous
Next Post »
0 Komentar untuk "Saatnya Kementrian PU Membuka Mata Pasca Amblesnya Jembatan Comal"